Oleh: Kelik N Widiyanto

(Turut berduka dan bersimpati bagi korban tragedi Kanjuruhan, Semoga korban yang meninggal mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.)

Sungguh tidak adil bila kemudian sepakbola Indonesia dijatuhi hukuman oleh FIFA. Benar, bahwa pemain, panitia, fans, dan pihak keamanan adalah suatu kesatuan dalam sebuah pertandingan. Tapi dalam kasus tragedi Kanjuruhan, peristiwa terjadi setelah pertandingan berlangsung. Selama pertandingan berjalan normal. Permainan tingkat tinggi diperagakan kedua kesebelasan. Rivalitas terlihat dalam adu teknik dan strategi kedua pelatih. Saling serang dan rapat dalam bertahan layaknya sebuah pertandingan kelas atas. Friksi biasa terjadi. Saling jegal dalam batas normal. Tidak ada perseteruan berakibat saling baku hantam. Arema dan Persebaya menunjukan mereka memang Tim berkelas.

Pertandingan kedua tim kemarin sangat krusial. Bagi Persebaya ini merupakan momentum kembali setelah kalah dari tim Rafi Ahmad. Juga membuktikan kepada Bonek mereka tim yang kuat. Tapi yang dihadapi adalah Arema. Tim rival Persebaya. Simalakama. Bila Persebaya kalah, kemungkinan pemain dan pelatih akan dihujat saat kembali ke Surabaya. Tetapi bila mereka menang, sudah diprediksi Aremania akan beraksi.

Arema membutuhkan kemenangan untuk beranjak dari papan bawah. Terlebih ini laga kandang. Dua kali mereka telah kalah di kandang oleh Persija dan Persib. Lawan Persebaya tidak boleh kalah. Agar jangan tiga kali beruntun kalah di kandang dan aib bagi mereka kalah dari tim rival. Namun akhir pertandingan tak bisa ditolak. Gol Sho Yamamoto pada menit 51 mengunci kemenangan Persebaya atas Arema.

Setelah pertandingan kekecewaan fans Arema memang terjadi. Menurut pengakuan pentolan Aremania di salah satu tribun, mereka turun untuk melipat spanduk yang terbentang. Tiba-tiba di tribun sebrang turun dua Aremania yang masuk ke lapangan dengan alasan ingin berfoto dengan pemain. Dalam suasana kegaduhan akibat kekalahan, apa yang Aremania lakukan dianggap akan membahayakan pemain dan perangkat pertandingan lainnya. Sikap prefentif aparat berubah menjadi posisi menghadapi demonstran.

Chaos di tribun tak terhindari. Fans berlari menyelamatkan diri. Ada yang ke belakang ke pintu keluar ada yg justru masuk ke lapangan mencari udara segar. Mereka yang masuk ke lapangan dianggap mau memberi perlawanan. Saling serang pun terjadi.

Mungkin aparat tidak ingin kejadian di stadion Deltras Sidoarjo dua Minggu sebelum ini terulang. Saat Bonek merangsek ke dalam lapangan dan mengobrak abrik hingga merusak fasilitas stadion akibat Persebaya kalah dari Rans Cilegon FC. Hingga aparat bertindak lebih keras dan tegas pada Aremania. Tapi kejadian di Sidoarjo tidak menghilangkan nyawa. Bonek pun menyadari dan berinisiatif gelar donasi untuk perbaikan stadion. Kejadian di Sidoarjo justru memaksa Azrul Ananda mundur sebagai Presiden Persebaya.

Pepatah mengatakan, untuk menangkap tikus, tak perlu membakar rumah. Urai permasalahan dan temukan penyebab kejadian. Memang, sepakbola saling berkelindan. Baik pemain, perangkat pertandingan, fans dan keamanan saling terikat. Tapi dalam tragedi Kanjuruhan, jalannya pertandingan bukan menjadi akar penyebab kerusuhan. Sebab dalam pertandingan mesti ada yang menang dan kalah. Justru faktor di luar pertandingan yang memicu tragedi ini terjadi.

Alangkah tidak adil bila FIFA kemudian menghukum pemain tidak bisa bertanding. Karena mereka tidak bersalah. Pemain akan mendapat hukumannya sendiri. Sudah sering pemain mendapat denda dari operator liga maupun dari federasi.ada yang karena tidak fairplay seperti yang dilakukan Osas Saha hingga pelanggaran yang terlalu keras berakibat mematikan karir pemain lainnya. Pemain menerima itu.

Selama ini FIFA membanned PSSI bukan karena pemainnya, tetapi lebih karena politis atau kelakukan PSSI-nya sendiri. Tetapi yang selalu menjadi korban adalah pemain. Saat FIFA menghukum PSSI yang tidak bisa mencari nafkah adalah pemain. Sementara di era industri olahraga, pemain hanya menggantungkan pemasukan bagi keluarganya pada sepakbola.

Mengurai tragedi Kanjuruhan bukan masalah mudah. Tetapi mengambil resiko seminimal mungkin yang berakibat bagi masa depan pemain perlu pertimbangan matang. Liga dihentikan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Polisi hingga FIFA turun menginvestigasi. Hukuman pasti akan turun. Tetapi keadilan bagi pemain perlu dipertimbangkan. Jangan sampai gebyah Uyah. Yang salah mesti mendapat hukuman. Tetapi mereka yang tidak bersalah jangan sampai menjadi korban.

Cari Biang Kerok Hindari Kambing Hitam

Tinggalkan Balasan

Hubungi Kami
%d blogger menyukai ini: